Senin, 01 April 2013

Madre

long weekend kemaren gue tutup dengan nonton film 'Madre' bareng temen. aslinya yaaa, jarang2 long weekend gue habisin full di luar rumah : day 1 -maen sama ibu, bapak, adek dan adek. day 2 -hijab fashion week bareng temen. day 3 -nonton bareng temen. nggak perlu nanya kapan jalan bareng pacarnya ya, udah pada tau kan jawabannya *miris*. biasanya, I spent my long weekend dengan hanya nonton puluhan drama korea/jepang atau bikin kue atau beres-beres kamar. kasian.ck.ck.ck

balik ke 'Madre'.
sama halnya dengan kasus 'Rectoverso', gue nonton film ini tanpa baca dulu bukunya. bukan karena gue nggak suka baca buku, tapi emang dasar gue-nya aja yang ketinggalan jaman kali ya :P 'Madre' juga ditulis oleh Dee, penulis yang gue percaya karya-karyanya emang pantes untuk dibaca dan dinikmati -meskipun gue nggak selalu baca bukunya, karena, kan udah gue bilang gue ketinggalan jaman kalo tentang per'buku'an ini- Ngeliat poster filmnya, oke. Ngeliat cast-nya, oke. Ngedenger jalan ceritanya, oke. Tapi setelah memutuskan nonton filmnya, sayangnya...


Madre berasal dari kata Spanyol yang berarti ibu. Madre di film ini, adalah biang roti tua yang udah berumur puluhan taun -baru tau gue kalo biang roti umurnya bisa selama itu- Ceritanya, si biang roti ini adalah sebuah warisan yang didapat oleh seorang surfer dan blogger bernama Tansen. Tansen yang penyuka kebebasan nggak pernah tau dia diwarisi biang roti oleh kakeknya yang udah almarhum, dengan tujuan menghidupkan kembali sebuah toko roti 'Tan De Bakker' milik kakeknya, dibantu dengan karyawan-karyawan kakeknya dulu yang sekarang udah jadi 'nini-nini' dan 'aki-aki'. Biang roti ini juga membawa Tansen bertemu dengan seorang cewek pengusaha toko roti yang cantik banget -Laura Basuki gituuu- bernama Mei. Yah, bisa ditebak lah ya Tansen dan Mei ini jatuh cinta tapi ada halangan orang ketiga, pilihan hidup, etc dll dkk jsb. Endingnya, udah bisa ditebak, tapi buat yang penasaran silahkan cari tau sendiri.

well,
ide cerita buat gue oke. bikin gue inget 'Baker King Kim Tak Gu' -eaaaaa, korea lagi, korea lagi-. pemain juga nggak masalah buat gue. tapi nggak tau ya, filmnya makin kesini makin bikin bosen. jalannya terlalu lambat, dan dari pertengahan film aja -atau mungkin dari awal- kita udah bisa nebak endingnya. Jadi nggak bikin penasaran, bikin nggak betah nonton lama-lama. Kayaknya kalo film ini diputernya di laptop gue, udah gue fast forward deh langsung ke ending. hehehe. Adegannya kadang terkesan sinetron banget, terlalu didramatisir, jadi kadang hilang maknanya atau hilang sisi romantisnya. Yang bikin gue bertahan adalah dialog-dialog antara Didi Petet dan Vino yang kadang bikin ngakak. Dialog-dialog lain dibikin puitis, yang sebenernya bisa bikin film ini keliatan indah.. tapi entah kenapa, nggak berlaku disini. Sisi puitisnya seakan ilang gitu aja.

yah, itu pendapat gue sih.. mungkin pendapat orang beda. mungkin ada juga yang bilang film ini oke banget, but sayangnya, film ini adalah 'no' buat gue :)

jadi penasaran lagi deh sama bukunya, soalnya kata temen bukunya bagus banget. err, apa mungkin alasan sederhananya adalah, film ini gagal memindahkan cerita dari buku menjadi sebuah film? atau emang ceritanya yang kurang pas untuk difilmkan? well, sebagai orang yang nggak modal *bangga?*, akhirnya gue mutusin untuk minjem lagi bukunya. let's see, seperti apa pendapat gue untuk 'Madre' versi buku ini. lebih baguskah, lebih jelekkah, atau sama aja datarnya...



0 komentar:

 
Template by suckmylolly.com